" Selamat Datang Di Website Resmi Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat. "
blog-img

Sejumput Pengalaman Di Fasilitas Karantina PIE

 Herman Lawalata  |   28/07/2020  |   Info Terkini  |   1378 Baca

“Pengalaman berkesan selama bekerja di Fasilitas Karantina Penyakit Infeksi Emerging (PIE) Provinsi Papua Barat adalah saat saya dan beberapa rekan tenaga kesehatan harus diisolasi, karena berkontak dengan rekan perawat yang Covid-19 positif. Bermula dari kami semua diwajibkan untuk mengikuti swab masal, mengingat alat RT PCR dan Tes Cepat Molekuler (TCM) sudah bisa digunakan (klik Merintis Jalan Riset Biomolekuler Di Papua Barat). Setelah hasil swab keluar beberapa hari kemudian, ternyata ada salah satu rekan perawat yang Covid-19 positif. Padahal sebelum mengetahui hasil swab, yang bersangkutan sempat masuk dinas dalam dua shift di hari yang berbeda dan melakukan kontak dengan teman-teman shift-nya. Kami sempat duduk makan dan bercerita bersama tanpa memakai masker. Total ada delapan dari kami yang dievakuasi ke RSUD Provinsi Papua Barat untuk menjalani isolasi. Selama tiga hari diisolasi dan mengikuti semua protokol kesehatan, kami dijadwalkan swab kembali dan bersyukur sekali karena hasilnya negatif. Walaupun hanya beberapa hari diisolasi, saya bisa merasakan bagaimana perasaan pasien-pasien Covid-19 positif yang harus diisolasi selama berhari-hari lamanya. Tidak enak! (klik WFH = Work From Ho(me/spital), Pasien). Tentunya menjadi pasien membuat seseorang sangat terdampak psikisnya (klik Katakan ‘No’ Pada Stigma, ). Oleh karena itu, kita semua patut bersyukur dengan keadaan saat ini. Kita yang sehat, tidak boleh lengah dan tetap mengikuti setiap anjuran pemerintah selama masa pandemi ini,” ungkap dr. Theofilio Leunufna (klik Kami Bertugas Bukan Karena Terpaksa).

“Pengalaman berkesan adalah saat saya akan melakukan pengambilan sampel swab follow up terhadap salah satu pasien di Fasilitas Karantina PIE Provinsi Papua Barat. Follow up sebelumnya didapatkan hasil negatif dan pasien tersebut belum diberitahu hasil negatif itu. Sehingga saat saya masuk, saya memberitahu bahwa hasil swab sebelumnya negatif dan dibutuhkan satu kali lagi hasil negatif dan pasien bisa dinyatakan sembuh dan pulang ke rumah. Di situ pasiennya langsung menangis terharu, karena sudah hampir sebulan pasien tersebut dirawat di Fasilitas Karantina. Kejadian itupun membuat hati saya tersentuh, karena secara tidak langsung bisa merasakan kebahagiaan, namun sekaligus harapan yang diliputi kecemasan dari setiap pasien dalam menunggu hasil-hasil follow up-nya,” tutur dr. Christine Nathalia Loupatty.

“Pengalaman berkesan selama saya bekerja di Fasilitas Karantina PIE Provinsi Papua Barat yaitu pada saat saya mengantarkan obat pasien ke trolley di depan ruangan isolasi pasien Covid-19. Saat itu, seseorang yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap berdiri di depan pintu ruangan isolasi kurang lebih satu meter dari saya menegur saya, karena mengira saya telah melewati zona kuning dan memasuki zona merah. Saat saya kembali ke apotek dengan perasaan yang masih takut dan kaget, tiba-tiba dr. Victor mendatangi saya dan menanyai saya tentang kejadian tersebut. Setelah saya menjelaskan, prosedur dan batasan saya saat mengantarkan obat, dr. Victor mengatakan bahwa prosedur saya sudah tepat dan sudah sesuai. Dari situ saya berpikir bahwa Panduan Zonasi Fasilitas Karantina yang telah disosialisasikan sangat penting dan bermanfaat untuk kita semua yang berada di lingkungan Fasilitas Karantina,” kata Hastrilia Buntang, S.Farm. Apt.

“Pengalaman yang berkesan adalah saat pasien Covid-19 pertama dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang (klik “Hore!! Tubuh Kami Telah Terbebas Dari Corona Virus”). Kesembuhan pasien menjadi spirit bagi pasien yang lain dan terlebih untuk para tenaga kesehatan yang merawat. Karena itu membuktikan bahwa “Perjuangan dan usaha yang keras tak akan pernah mengkhianati hasil”. Pengorbanan kita merasa panas, berkeringat bahkan sampai basah kuyup karena menggunakan hazmat, pengorbanan kita merasa sesak karena memakai masker yang berlapis, pengorbanan kita saat penglihatan menjadi buram akibat goggle yang berembun, semua terbayarkan saat melihat senyuman dan air mata haru pasien, ketika dinyatakan sembuh,” ujar Adeputra Ardiansyah, S.Kep., Ns.

Senada dengan Adeputra, Joni Kambu, Amd.Kep. menyatakan, “Selama ditugaskan di Fasilitas Karantina, saya sering kelelahan pada akhir shift. Kaki saya kebas, mati rasa, badan pegal-pegal. Seragam perawat saya basah dengan keringat, bahkan saya merasa cemas dan takut tertular Covid-19. Tapi hal-hal seperti itu tidak saya pedulikan. Yang saya pedulikan ialah memastikan bahwa pasien Covid-19 baik-baik saja dan cepat sembuh, agar bisa pulang dan berkumpul bersama keluarganya.”

Itulah kisah-kisah dari beberapa tenaga kesehatan yang pernah bertugas di Fasilitas Karantina PIE Provinsi Papua Barat (klik Kami Bertugas Bukan Karena Terpaksa, Kolaborasi Interprofesi: Ikut Sembuhkan Pasien Covid-19). Walaupun, keberadaannya hanya hitungan bulan, namun Fasilitas Karantina PIE Provinsi Papua Barat telah memberikan sejumput atau malah segenggam pengalaman berharga bagi beberapa “penghuninya”. Fasilitas Karantina tidak hanya mengasah ilmu dan seni menangani pasien terduga dan terkonfirmasi Covid-19, tetapi juga mengasah rasa, pikir dan budi dalam berbagai hal./ -Dovic 280720-




Berita Terbaru

Dinkes Papua Barat Gelar Bakti Sosial dan Pelayanan Kesehatan

04 April 2024 | 83 Baca


Sosialisasi Integrasi Layanan Primer

29 March 2024 | 93 Baca


BERBAGI TAKJIL

28 March 2024 | 106 Baca


Pelayanan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat Terintegrasi GISA dan BPJS

05 December 2023 | 462 Baca


PELAYANAN KESEHATAN BERGERAK

24 September 2023 | 729 Baca


PELAYANAN KESEHATAN BAGI KELOMPOK REMAJA

22 September 2023 | 607 Baca


Lihat Selengkapnya

Total Pengunjung

584,989 Pengunjung

Pengunjung Bulan Apr

5,995 Pengunjung

Pengunjung Hari Ini

31 Pengunjung

Website Kab/Kota

footer_logo
footer_logo
footer_logo

2020 © copyright by Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat. All rights reserved.