Anti Sosial Di Masa Pandemi Covid19
Dian Triwiyono / Friday, 05 Jun 2020 / 08:39 WIT / 4.205 Read
Rinjani, S.Psi, M.Psi mencoba menyoroti aspek lain yang berkembang di tengah pandemi Covid-19. Pendekatan multiaspek diperlukan, agar berbagai ekses Covid-19 tidak menjadi keresahan baru di tengah masyarakat. Selamat menyimak tulisan keenamnya (klik Covid-19 Dan Tembakau).
Semenjak ditetapkannya pandemi Covid-19, angka kejahatan, khususnya di Manokwari, meningkat. Dalam aksinya, para pelaku tidak hanya mengambil barang korban, namun juga tidak segan untuk melukai korbannya dengan senjata tajam. Hal itu membuat masyarakat menjadi kuatir dan resah. Pelaku bahkan melakukannya di siang hari walaupun ada beberapa orang di sekitarnya. Berbagai upaya telah dilakukan. Mulai dari pasukan Operasi Satgas Aman Nusa II Covid-19 dan personil Operasi Ketupat melakukan tindakan tegas untuk pelaku kejahatan di Manokwari, hingga meminta dukungan masyarakat bila mengetahui pelaku kejahatan untuk segera melaporkan kepada petugas keamanan setempat.
Ditinjau dari psikologi forensik, kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Secara yuridis, kriminalitas berarti segala tingkah laku manusia yang dapat dipidana, yang diatur dalam hukum pidana. Setiap perbuatan yang antisosial atau melawan/melanggar aturan yang telah ditetapkan dalam kaidah hukum yang berlaku dalam masyarakat, di mana hal tersebut dapat merugikan serta menjengkelkan masyarakat. Kejahatan merupakan masalah bagi manusia, karena sulit untuk diatasi serta merupakan perwujudan dari kondisi-kondisi sosial yang ada saat ini. Menurut Sahetapy, pendekatan lain yang menjelaskan sebab-sebab kejahatan melalui pendekatan sobural yaitu nilai-nilai sosial, aspek budaya dan faktor struktur yang merupakan elemen-elemen yang terdapat dalam setiap masyarakat (klik Nakes Juga Perlu Aman!).
Menurut Tarde, seseorang melakukan kejahatan karena dipengaruhi oleh faktor sekitarnya atau lingkungan, baik lingkungan keluarga, ekonomi, sosial, budaya maupun pertahanan keamanan. Masuknya barang-barang dari luar negeri, tontonan televisi, buku-buku serta film dengan berbagai macam reklame sebagai promosinya ikut pula menentukan tinggi rendahnya tingkat kejahatan. Tarde mengatakan, orang menjadi jahat disebabkan pengaruh imitation. Seseorang melakukan kejahatan karena orang tersebut meniru keadaan sekelilingnya. Sedangkan menurut A.S Alam dalam teori NKK (Niat, Kesempatan dan Kejahatan), penyebab terjadinya kejahatan adalah adanya niat dan kesempatan yang dipadukan. Jadi, meskipun ada niat, jika tidak ada kesempatan mustahil akan terjadi kejahatan. Demikian pula sebaliknya, meskipun ada kesempatan, jika tidak ada niat, tidak mungkin pula akan terjadi kejahatan.
Kenapa seseorang bersikap anti sosial? Kepribadian anti sosial tidak sesederhana yang kita kira. Faktor apa saja yang menjadi penyebab perilaku anti sosial atau gangguan kepribadian sosial. Menurut Kartono (1998) terdapat dua faktor anti sosial, faktor internal (konflik batin, genetik, pemikiran yang tidak rasional) dan faktor eksternal (faktor keluarga, faktor lingkungan dan budaya, kemiskinan, pola asuh dan lainnya). Supratiknya (2012: 86-89) berpendapat bahwa penyebab perilaku anti sosial adalah rasa frustrasi, karena keluarga tidak rukun, penolakan sosial, orang tua kurang memberi bimbingan dan pengaruh teman. Maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya anti sosial pada seseorang karena banyak faktor, baik dari dalam dan maupun dari luar. Maka seseorang yang anti sosial ketika situasi sulit, seperti di masa pandemi ini menyebabkan seseorang menjadi stres, karena tidak dapat menerima keadaan diri sendiri pada situasi yang sedang terjadi atau gagal dalam menyesuaikan diri dengan norma sosial dan perilaku taat hukum atau taat aturan (klik Cabin Fever?! Wabah Apa Lagi Ini?). Pencegahannya dapat dilakukan melalui memberikan dukungan sosial, psikoedukasi, terapi keluarga, terapi perilaku. Jika orang terdekat mengalami gejala anti sosial, disarankan untuk segera berkonsultasi pada tenaga kesehatan jiwa professional (klik Jaga Jiwa Tetap Sehat Di Tengah Pandemi Covid-19!). #SalamSEJIWA #salamsehatjiwa
#DinkesPabar #SalamSehat