Back To Nature
Ronny Risamassu / Saturday, 23 May 2020 / 07:00 WIT / 2.854 Read
Tampaknya di era pandemi Covid-19 ini, bila suatu program kesehatan ingin tetap eksis, maka program itu harus dapat menunjukkan kontribusinya terhadap percepatan penanganan Covid-19. Demikian juga, dengan program pelayanan kesehatan tradisional (yankestrad). Novia Elma Ulpa Heluth, S.Kep., pengelola Program Pelayanan Kesehatan Tradisional pada Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat menggambarkan bagaimana supaya program yang dikelolanya bisa tetap eksis. Mantan pengelola program yankestrad di Puskesmas Namlea, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku ini, juga telah berbuat konkrit, supaya tetap eksis.
Saat ini, kita memasuki bulan ketiga sejak kasus pertama Covid-19 muncul di Indonesia. Pembatasan interaksi sosial masyarakat yang menjadi kebijakan para pemimpin dunia termasuk Indonesia menyebabkan terhambatnya laju pertumbuhan dan kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali bidang kesehatan.
Meningkatnya jumlah kasus dari hari ke hari menyebabkan kebutuhan di bidang kesehatan seperti obat-obatan serta perangkat medis melonjak drastis bahkan bisa disebut langka. Di tengah kelangkaan komoditas esensial ini, pelayanan kesehatan tradisional (yankestrad) hadir menampakkan eksistensinya dengan menggalakkan himbauan pemanfaatan potensi alam yang sudah ada dalam dunia pengobatan atau Back to Nature.
Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 47 ayat 1 menyatakan bahwa pelayanan kesehatan tradisional adalah salah satu dari upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, sedangkan Peraturan Pemerintah nomor 103 tahun 2014 pasal 70 menyatakan bahwa masyarakat diarahkan agar dapat melakukan perawatan kesehatan secara mandiri (asuhan mandiri) yang dilaksanakan melalui pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA) dan keterampilan (klik Mengarusutamakan Program Yankestrad). Hal ini melatarbelakangi upaya individu, keluarga dan masyarakat untuk mewujudkan, menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kehidupan sehatnya dan mengatasi gangguan kesehatannya secara mandiri (self care) dengan memanfaatkan produk tanaman obat/ramuan di tingkat rumah tangga (klik Geliat Kesehatan Tradisional dari Kali Kabur).
Melalui webinar kemarin (19 Mei 2020) Kepala Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar, Dr. dr. Anna Khuzaimah, M.Kes, pemateri sekaligus host webinar ini merekomendasikan jenis tanaman obat peningkat imunitas, anti inflamasi dan antioksidan. Tentunya rekomendasi itu telah melalui proses penelitian in vivo. Tanaman-tanaman obat yang dimaksud adalah rempah-rempah yang kaya komponen fungsional dan bioaktif. Rempah-rempah itu adalah jahe (Zingiber officinale rosc), kunyit (Curcuma domestica val), temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb), meniran (Phyllanthus niruri.L), pegagan (Centella asiatica) dan lain-lain, yang sangat mudah dijumpai dan banyak digunakan sebagai bumbu masakan.
Rempah-rempah tersebut tentunya berindikasi sesuai yang diharapkan jika diramu sesuai ukuran yang terstandarisasi. Alumni S3 Ilmu Kedokteran Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar tahun 2015 itu, tak ketinggalan mempresentasikan dosis serta cara meramu tanaman obat yang dimaksud.
Di Provinsi Papua Barat sendiri, beberapa Puskesmas telah menyosialisasikan ramuan yang dimaksud dan mengajarkan teknik perawatan mandiri dengan cara akupresur untuk meningkatkan imun tubuh (klik Agustina Loisa Rumbauri: Tanaman Obatku Berbuah Manis), tak terkecuali di tingkat Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat. Penulis, selaku pengelola program Pelayanan Kesehatan Tradisional pada Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat telah mengaplikasikan ramuan tersebut untuk didistribusikan kepada para pasien yang dirawat di Fasilitas Karantina Penyakit Infeksi Emerging (PIE) Provinsi Papua Barat serta beberapa petugas kesehatan yang sedang ikut bertugas setiap dua kali dalam seminggu atau sesuai jadwal jaga penulis (klik Mengenal Fasilitas Karantina Penyakit Infeksi Emerging Provinsi Papua Barat). Ramuan tersebut diberi nama “Herbal Covid”.
“Herbal Covid” adalah salah satu hasil dari sekian banyak manfaat alam yang disuguhkan Tuhan kepada manusia. Tergantung bagaimana manusia itu mengolah ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya. /-DoVic 230520-
Link Referensi:
#DinkesPabar #SalamSehat