Cerita Dr. Glenn Bertelekonsultasi
Ida Bagus Windusara / Friday, 15 Jan 2021 / 22:11 WIT / 1.436 Read
Terakhir kali penulis membuka dashboard Temenin adalah pada pertengahan Agustus 2020 (klik Telemedicine Papua Barat Teraktif Di Indonesia!). Lalu, pada 8 Januari 2021 penulis mencoba memeriksa kembali. Sejak Agustus 2020, ada 41 teleradiologi dari RSUD Kabupaten Raja Ampat, dua di antaranya diberikan expertise oleh dr. Eny S, M.Kes., Sp. Rad dari RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, sedangkan selebihnya oleh dr. Rustiari Data, Sp.Rad. dari RSUD Kabupaten Sorong (klik Teleradiologi Dalam Teropong Sang Radiolog). Selain 41 teleradiologi tadi, pada tanggal 29 Desember 2020 ada pemanfaatan telemedicine terakhir berupa telekonsultasi kasus bedah oleh dr. Glenn Lordy Lasaidi dari Puskesmas Mayamuk, Kabupaten Sorong. Telekonsultasi tersebut direspon oleh dr. Jerry Nikijuluw, Sp.B dari RSUD Kabupaten Sorong.
Ini bukan pertama kalinya dr. Glenn menggunakan telekonsultasi melalui aplikasi Temenin. “Ini sudah ketiga kalinya. Sebelumnya, ada satu kasus bedah dan satu kasus interna yang saya telekonsultasikan,” kata dr. Glenn. Untuk kasus interna direspon oleh Dr. dr. Khalid Saleh, Sp.PD, KKV-FINASM, MARS dari RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo. Bagi dr. Glenn jawaban atau petunjuk dari dokter spesialis pengampu sangat membantu dalam memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Sedangkan, bagi pasien yang berkunjung ke Puskesmas penyakit yang dialaminya dapat diatasi secara lebih tepat dan jika tidak diperlukan tidak akan dirujuk ke Rumah Sakit.
“Saya terlebih dahulu akan login aplikasi Temenin, kemudian menginput data-data identitas pasien sesuai kolom-kolom yang tersedia. Setelah itu, saya memilih telekonsultasi dan memasukkan informasi yang saya peroleh melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Data-data vital sign dan data pasien lainnya juga diinput. Lalu, saya mengunggah foto atau gambar berkaitan dengan apa yang hendak saya konsultasikan. Lalu, saya memilih Rumah Sakit pengampu dan spesialisasinya sebelum saya mengirimkannya,” ungkap dokter yang bertugas di Puskesmas Mayamuk sejak Juni 2015 itu.
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia angkatan 1994 ini mengeluh karena ada telekonsultasinya yang direspon cukup cepat dalam 30 menit, namun ada yang direspon sampai 3-4 hari kemudian. Dia mengusulkan, “Mungkin perlu dibuatkan sinyal notifikasi atau semacam pengingat pada perangkat seluler, baik dokter pengampu maupun yang diampu, agar pertanyaan dan jawaban dapat diakses dan ditindaklanjuti. Mengingat pelayanan pasien lain terus berjalan, baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit” (klik Dimensi Mutu dalam Pelayanan Telemedicine).
Cerita dr. Glenn ini biarlah mendorong fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah memiliki perangkat dan sistem telemedicine dapat memanfaatkannya secara optimal, termasuk telekonsultasinya. Bagi yang belum, bisa mulai menginisiasinya (klik Telemedicine : Memperkuat Sistem Pelayanan Kesehatan DTPK di Papua Barat).
-DoVic 150121-
#DinkesPabar #SalamSehat