Depresi Oh Depresi
Herman Lawalata / Tuesday, 04 Aug 2020 / 10:28 WIT / 3.381 Read
Di antara pembaca blog mungkin mengenal seseorang yang sedang mengalami depresi atau setidaknya mengarah pada depresi. Tulisan psikolog klinis kita, Rinjani, S.Psi., M.Psi., akan menolong kita menjadi penolong orang lain yang sedang mengharapkan pertolongan (klik Resiliensi: Seorang Pelaut Yang Tangguh). Atau setidaknya bermanfaat untuk diri sendiri, ketika sudah mulai mengalami stres awal, agar terhindar tidak sampai mengalami depresi.
Pada masa sekarang depresi menjadi jenis gangguan kejiwaan yang paling sering dialami oleh masyarakat, karena tingkat stres yang sangat tinggi akibat tuntutan hidup yang semakin bertambah. Selain itu, anggota masyakat sudah bersifat hedonis, semata-mata hanya memburu materi tanpa mempedulikan nilai-nilai spiritual. Stres dan depresi telah melanda hampir seluruh umat manusia di dunia, terutama di negara maju. Ketegangan, konflik emosi, perasaan negatif, seperti benci, iri hati, dendam, kurang bersyukur, murung, frustasi dan tekanan batin, semua telah bercampur aduk dalam kehidupan masyarakat modern yang semakin menjauh dari Tuhan dan memacu diri semakin kejam untuk mendapatkan dunia (klik Sinisme Terselubung: Iri Hati, Bolehkah Kita Marah?). Semakin maju dunia, maka stres dan depresi akan semakin menjadi ancaman besar bagi umat manusia, khususnya di kota-kota besar. Stres dan depresi merupakan penghalang utama bagi seseorang untuk dapat menikmati hidup tentram dan bahagia (klik Bahagia Itu Sederhana). Banyak di antara kita yang berusaha keras untuk mendapatkan kesuksesan agar memperoleh kebahagiaan, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa bukan kebahagiaan yang mereka peroleh, melainkan depresi yang menyiksa. Stres dan depresi yang dibiarkan berlarut membebani pikiran dan dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh, sehingga sistem kekebalan kita menjadi lemah.
Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapat perhatian serius di negara-negara berkembang. World Health Organization (WHO) memprediksikan pada tahun 2020, depresi menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung (http://www.depression-net.com/) (klik Waspadailah Penyakit-Penyakit Maut Ini!). Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan, karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Rathus (1991) menyatakan orang yang mengalami depresi umumnya mengalami gangguan yang meliputi keadaan emosi, motivasi, fungsional dan gerak tingkah laku serta kognisi. Menurut Atkinson (1991) depresi sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tidak ada harapan dan patah hati, ketidakberdayaan yang berlebihan, tidak mampu mengambil keputusan, tidak mampu memulai suatu kegiatan, tidak mampu konsentrasi, tidak mempunyai semangat hidup, selalu tegang dan mencoba bunuh diri.
Penyakit adalah keadaan ketidakseimbangan yang menyebabkan gangguan pada tubuh, pikiran dan emosi. Oleh karena itu, depresi dapat ditangani dengan baik untuk menyeimbangkan kembali tubuh, pikiran dan emosi. Beberapa cara yang positif misalnya dengan humor (memaknai stres dengan gurauan), mencari dukungan dari rekan, fokus pada penyelesaian masalah (selesaikan satu-satu, jangan dipikir semua atau malah sibuk mencari penyebabnya secara berlebihan), menyesuaikan harapan dengan kenyataan, dan menyalurkan emosi secara benar (misalnya olahraga atau menulis dan sebagainya). Meditasi dan relaksasi rutin juga kadang dapat membantu mengendalikan stres secara positif. Perasaan kita juga dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik, maka pencegahan depresi juga bisa dilakukan dengan gaya hidup yang sehat. Sayur-sayuran yang mengandung zat gizi magnesium, zinc, dan asam folat bisa melindungi dari depresi. Sedangkan, ikan mengandung omega 3. Asam lemak omega 3 bisa mencegah depresi dan bisa memberi nutrisi pada otak. Menikmati suasana hijau ruang terbuka (alam bebas) juga dapat membantu mencegah depresi. Jika dipadukan dengan olahraga di pagi hari, tentu lebih baik. Sinar matahari juga dapat membantu produksi vitamin D, yang juga melindungi dari depresi. Jika tidak sempat berolahraga pagi, misal hanya bisa berolahraga di sore hari, sempatkanlah sesekali rekreasi ke alam terbuka. #SalamSEJIWA #salamsehatjiwa/ -DoVic 040820-
#DinkesPabar #SalamSehat