dr Ishak Sp MK Sudah Saatnya Papua Barat Memiliki Labkesda Sendiri
Herman Lawalata / Friday, 29 May 2020 / 09:37 WIT / 2.070 Read
Eksistensi laboratorium medis mutlak diperlukan dalam penyediaan layanan kesehatan komprehensif dan berkualitas di suatu daerah. Di masa sebelumnya, ketersediaan tenaga kesehatan terkait (Ahli Teknologi Laboratorium Medis, Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik) serta sarana, prasarana, alat dan reagen laboratorium seringkali diabaikan. Namun, dalam situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, tanpa pemeriksaan laboratorium biomolekuler menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) seorang dokter hampir tidak mungkin memastikan apakah seseorang sudah terinfeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS CoV-2). Saat ini, dapat dikatakan perangkat kesehatan yang paling dicari selain Alat Pelindung Diri (APD) adalah PCR atau Rapid Test Covid-19 (klik Kami Bisa Beli Mesin PCR! Semudah Itukah?).
“Peran PCR sangat penting dalam pandemi Covid-19 ini, karena selain sebagai diagnosa standar, juga bisa sebagai skrining untuk wilayah tertentu,” kata dr. Ishak Samuel Wuwuti, Sp.MK, M.Ked.Klin. Setelah Kabupaten Teluk Bintuni dapat menyelenggarakan pemeriksaan PCR Covid-19 (klik PCR Covid-19: Akankah Teluk Bintuni Menjadi Yang Pertama?), maka Kabupaten dan Kota Sorong menyusul berikutnya dengan memanfaatkan alat Tes Cepat Molekuler (TCM), di mana telah mendapat bantuan seratus dua puluh buah cartridge Covid-19 dari Kementerian Kesehatan. Satu-satunya Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik di Provinsi Papua Barat ini selanjutnya menuturkan, “TCM sangat membantu dalam pemeriksaan Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) di Kabupaten Sorong di mana dengan adanya alat TCM ini, selain dapat mendiagnosa TB, kita juga dapat mengetahui apakah penderita TB masih sensitif atau sudah resisten terhadap rifampicin. Alat TCM ini juga dapat digunakan untuk mendiagnosis Covid-19, bila ada cartridge khusus Covid-19. Ini termasuk close system.”
“Dibandingkan dengan alat PCR open system, maka close system merupakan sistem pemeriksaan yang memiliki keterbatasan dan hanya dapat memeriksa dalam jumlah sedikit. Sedangkan open system memungkinkan berbagai macam reaksi terjadi dalam materi genetik dan dapat memeriksa dalam jumlah banyak. Keuntungan open system lainnya adalah reagennya lebih mudah didapat dengan harga yang lebih terjangkau serta banyak model reagen yang dapat digunakan yang sesuai dengan alat PCR tersebut,” lanjut dr. Ishak yang bekerja di RSUD Kabupaten Sorong. Menyusul RSUD Kabupaten Teluk Bintuni, di Provinsi Papua Barat akan tersedia beberapa alat pemeriksaan PCR Covid-19, setidaknya di RS Pertamina Kota Sorong, RSUD Kabupaten Manokwari dan Fasilitas Karantina Penyakit Infeksi Emerging (PIE) Provinsi Papua Barat (klik RS BUMN Dukung Laboratorium PCR Covid-19 di Sorong, Mengenal Fasilitas Karantina Penyakit Infeksi Emerging Provinsi Papua Barat).
Pandemi Covid-19 ini setidaknya membawa dampak positif kepada kesadaran akan pentingnya keberadaan laboratorium medis yang lengkap dan canggih. “Harapan saya sebagai seorang microbiologist adalah dengan adanya alat PCR ini, bukan hanya di masa pandemi Covid-19 ini saja, tapi ke depannya kita juga bisa memastikan bakteri-bakteri patogen dengan pemeriksaan PCR ini. Sudah saatnya, Papua Barat memiliki Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) sendiri, agar kita dapat mandiri, sehingga perkembangan laboratorium berbasis mikrobiologi dapat berkembang pesat di Provinsi Papua Barat ini,” harap dokter alumni Universitas Airlangga tahun 2019 ini./ -DoVic 290520-
#DinkesPabar #SalamSehat