Mengapa Anda Turut Meramaikan Jagad Maya Dengan Twibbonize Saya Siap Divaksin
Edlon Manurung / Tuesday, 12 Jan 2021 / 20:15 WIT / 5.879 Read
Beberapa hari terakhir, tentunya sebagian pembaca blog jika mencermati media sosial seperti WhatsApp dan Facebook, cukup marak tampilan twibbonize seperti di atas. Apakah fenomena ini wujud kelatahan di era digital atau sekedar ingin eksis di dunia maya atau ada faktor lainnya? Penulis mencoba menanyakan kepada beberapa dokter yang penulis kenal. Berikut jawaban mereka atas pertanyaan seperti tertera dalam judul tulisan ini. Silakan menyimak.
Namanya dr. Ahmad Shohib, MM; alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang angkatan 1997. Dokter yang pernah ke Papua Barat sebagai fasilitator Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) ini mengatakan, “Ingin turut memberikan motivasi yang meyakinkan masyarakat bahwa vaksin Covid-19 aman dan efektif dalam mencegah penularan Covid-19 yang semakin berbahaya. Dan vaksinasi merupakan salah satu upaya cost-effective untuk tujuan menangani pandemi Covid-19 dalam waktu dekat.” Mengaku terinspirasi dari tulisan di blog Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat (klik Nakes Pabar, Jadilah Influencer Vaksinasi Covid-19 Dan Penerapan 3M Bagi Masyarakat!, Penolakan Vaksin Covid-19 Masyarakat Papua Barat Terendah di Indonesia), selanjutnya Kepala Puskesmas Kandangsapi, Kota Pasuruan, Provinsi Jawa Timur ini menyampaikan harapannya, “Hendaknya masyarakat mau dan antusias mengikuti vaksinasi dan tidak takut vaksinasi akibat informasi yang tidak benar (klik Bila Terjadi KIPI Covid-19, Apa Yang Harus Dilakukan?).”
Bertugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, dr. M. Atho’illah, MM menyatakan, “Melaluinya saya ingin menginformasikan kepada masyarakat betapa pentingnya vaksin, betapa perlunya vaksin dan keamanan vaksin. Jadi saya menyatakan siap divaksin, selain ini untuk melindungi diri sendiri, keluarga dan masyarakat, juga untuk mengedukasi masyarakat terkait tetap pentingnya 3M.” Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya angkatan 1995 ini melanjutkan, “Berharap besarnya partisipasi masyarakat nantinya untuk divaksin Covid-19, sehingga bisa terwujud herd immunity dan akhirnya banyak masyarakat yang terlindungi dari Covid-19.”
“Ingin memberikan edukasi kepada masyarakat melalui tindakan. Dengan begitu, masyarakat mau melakukan vaksinasi Covid-19 disertai dengan 3M, ” ungkap dr. Fredy Ied Fitriadi yang adalah seorang surveior akreditasi FKTP bidang Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang berdomisili di Jakarta. Selanjutnya dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya Jakarta angkatan 1995 ini menyampaikan harapannya, ” Hendaknya masyarakat mau berpartisipasi untuk mengikuti vaksinasi Covid-19, sehingga herd immunity dapat tercapai.”
Dokter yang bertugas di RSUD Provinsi Papua Barat ini memang tidak akan menerima vaksinasi Covid-19 kali ini, karena dr. Amelya Matasik adalah penyintas Covid-19 9 (klik Kisah Dokter Penyintas Covid-19). Namun, dokter alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar angkatan 2008 ini juga turut meramaikan jagad maya dengan twibbizone. Katanya, “Saya ingin memberikan semangat kepada rekan-rekan tenaga kesehatan lainnya dan memberikan info kepada masyarakat bahwa vaksin itu sebenarnya aman dan membantu penanganan pandemi Covid-19.”
Bukan hanya dari kalangan dokter, tetapi juga dari hampir semua profesi kesehatan lainnya juga melakukan gerakan yang sama secara serentak. Penulis menanyakan pertanyaan serupa kepada beberapa rekan di Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat dari beberapa profesi kesehatan lainnya. Inilah yang mereka nyatakan.
Rita Apalem, Am.Keb, SKM, M.Kes. adalah seorang bidan yang juga sekaligus sebagai Ketua Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Papua Barat (klik Bidan Puskesmas Sanggeng Berbagi Untuk Indonesia Dalam Jambore Virtual). Kepada rekan-rekan seprofesinya Rita berpesan, “Jangan ragu-ragu divaksinasi Covid-19, karena bidan berhadapan langsung dengan masyarakat yang tidak diketahui status Covid-nya. Kalau masih takut atau ragu-ragu sebaiknya bertanya kepada ahlinya atau mencari informasi yang benar.” Walaupun sudah akan dilaksanakan vaksinasi Covid-19, namun lulusan Poltekes Kemenkes Jayapura, Prodi Kebidanan Manokwari tahun 2011 ini mengingatkan, “Vaksinasi ini bukan perlindungan satu-satunya. 3M juga harus tetap dijalankan!”
Perawat yang sedang menyelesaikan skripsi di STIKES Panakukkang Makassar ini juga tidak mau ketinggalan. “Dengan memasang hal semacam ini saya sebagai seorang tenaga kesehatan dengan tegas menyatakan sikap siap mendukung program vaksinasi Covid-19. Maksud lainnya adalah juga sebagai sarana mengedukasi masyarakat,” kata Winarti, AMK, lulusan D3 Keperawatan STIK GIA Makassar angkatan 2006. Winarti menggantungkan harapannya terhadap vaksinasi Covid-19 ini. “Kiranya vaksinasi Covid-19 ini bisa menjadi upaya preventif yang optimal. Tenaga kesehatan sebagai garda terdepan bisa terlindungi,” sambung mantan pengelola Program Pelayanan Kesehatan Tradisional pada Bidang Pelayanan Kesehatan ini.
Agar masyarakat lebih terbuka terhadap informasi vaksinasi Covid-19 dan masyarakat bersedia divaksinasi, itu menjadi harapan Siti Sangadah, S.Far, Apt, seorang apoteker lulusan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun 2010 (klik Penolakan Vaksin Covid-19 Masyarakat Papua Barat Terendah di Indonesia). Mengapa Siti turut memasang twibbizone di atas? “Sebagai tanda telah memastikan diri menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam pemutusan rantai penyebaran Covid-19 dengan mempercepat timbulnya herd immunity,” ungkapnya. “Selain itu, sebagai branding diri profesi apoteker dan memberikan contoh kepada masyarakat bahwa vaksin Covid-19 aman dan karenanya saya berani divaksin,” lanjut apoteker yang sedang menempuh pendidikan magister di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini.
Tak ketinggalan pula profesi sanitarian. “Dengan berpartisipasi dalam twibbonize ini saya ingin menunjukkan bahwa saya sebagai Ketua Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) Papua Barat, wadah organisasi tenaga sanitarian, mendukung suksesnya program vaksinasi Covid-19 dengan senang hati bersedia menjadi yang pertama divaksinasi. Tidak perlu takut, karena saya yakin sekali vaksin Covid-19 ini memiliki keamanan, khasiat dan mutu yang telah dijamin oleh pemerintah melalui lembaga terkait dengan uji yang sangat ketat,” kata Edi Sunandar, ST, MSi. Kemarin, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan Emergency Use Authorization (EUA) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyatakan status kehalalannya. Bagi masyarakat, lulusan Kesehatan Lingkungan Surabaya angkatan 1994 ini menyampaikan seruannya, “Ayo sama-sama melindungi diri kita, keluarga dan masyarakat sekitar dengan melakukan vaksinasi Covid-19 dan tetap mematuhi 5M. Ingat, mencegah itu capek, tapi sakit jauh lebih capek!” Bagi tenaga kesehatan, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat ini juga menyampaikan, “Saatnya kita bergandengan tangan, saling menguatkan dalam bekerja. Tenaga kesehatan wajib menjadi orang pertama yang siap divaksinasi Covid-19 dan bisa mengedukasi masyarakat dimulai dari keluarga, orang-orang terdekat dan masayarakat umum.”
Mungkin kita bukan seperti Raffi Ahmad, Najwa Shihab, Bunga Citra Lestari atau dr. Tirta Mandira Hudhi yang memiliki banyak followers, tapi kita bisa menjadi influencer di wilayah dan komunitas kecil kita masing-masing. Dan jika setiap kita masing-masing melakukannya, maka secara bersama-sama kita adalah mega influencer juga. Mari bergandengan tangan melawan Covid-19.
-DoVic 120121-
#DinkesPabar #SalamSehat