Orang Orang Di Balik Hazmat Suit
Herman Lawalata / Monday, 18 May 2020 / 09:56 WIT / 2.893 Read
Adakah di antara pembaca yang tahu atau masih ingat apa itu Fukushima Fifty? Istilah ini baru ada di tahun 2011. Fukushima 50 adalah pseudonym yang diberikan media berbahasa Inggris kepada sekelompok pekerja di Fukushima Daiichi Nuclear Power Plant, Jepang. Menyusul gempa bumi dan tsunami Töhoku pada 11 Maret 2011, serangkaian kecelakaan nuklir terjadi diakibatkan oleh mencairnya inti tiga reaktor. Lima puluh pekerja ini tetap tinggal di lokasi kecelakaan, setelah tujuh ratus lima puluh orang pekerja lainnya dievakuasi (sumber: wikipedia). Berselang beberapa waktu kemudian, jumlah mereka yang mempertaruhkan nyawa demi kemanusiaan bertambah. Sejumlah pekerja terluka, termasuk terpapar sejumlah besar radiasi ionisasi. Untuk melindungi dirinya, mereka menggunakan hazardous materials (hazmat) suit.
Hazmat suit adalah Alat Pelindung Diri (APD) yang terdiri atas sebuah pakaian yang meliputi seluruh tubuh yang dipakai untuk melindungi terhadap material-material berbahaya, termasuk bahan kimia dan biologis. Hazmat suit seringkali dipakai oleh petugas pemadam kebakaran, teknisi medis gawat darurat, tenaga kesehatan, peneliti atau pekerja di lingkungan yang toksik. Hazmat suit seringkali dikombinasi dengan alat bantu pernafasan yang disebut self-contained breathing apparatus (SCBA) (sumber: wikipedia).
Dalam pandemi Covid-19 ini, hazmat suit menjadi begitu populer. Hazmat suit yang sering dikenal juga sebagai coverall suit dikenakan oleh petugas kesehatan dalam menangani pasien Covid-19, khususnya di ruang isolasi atau zona merah. Hazmat zuit biasanya dikenakan oleh petugas kesehatan bersama (1) face shield (pelindung wajah) atau goggle (kaca mata peindung), (2) masker medis dan/atau masker N-95, (3) beberapa lapis sarung tangan dan (4) sepatu boot. Menggunakan dan melepaskan APD lengkap seperti itu perlu pengetahuan dan keterampilan tersendiri. Salah cara menggunakan dan/atau melepaskannya dapat berpotensi tertular Covid-19. Untuk itu, pelatihan yang seksama diperlukan. Itu pula, yang sudah dilakukan di Fasilitas Karantina Penyakit Infeksi Emerging (PIE) Provinsi Papua Barat (klik Mengenal Fasilitas Karantina Penyakit Infeksi Emerging Provinsi Papua Barat).
Orang-orang yang ada di balik hazmat suit adalah orang-orang yang merelakan dirinya dalam kegerahan yang cukup menyiksa. Orang-orang yang ada di balik hazmat suit adalah orang-orang yang menyadari dirinya berpotensi tertular Covid-19. Orang-orang yang ada di balik hazmat zuit adalah orang-orang yang tahu dirinya tidak dikenali lagi lewat wajahnya untuk beberapa waktu. Orang-orang yang ada di balik hazmat suit adalah orang-orang tak dikenal namanya, tapi telah berbuat nyata untuk kemanusiaan. Orang-orang yang dibalik hazmat suit adalah orang-orang yang juga punya suami atau istri atau anak atau orang tua. Mereka juga punya keluarga. Doakanlah orang-orang di balik hazmat suit dan seluruh jajaran kesehatan. Kiranya selalu dilindungi oleh Sang Pemilik Hidup. / -DoVic 180520-
#DinkesPabar #SalamSehat