Petugas Medis Kami Bukan Manusia Super
Herman Lawalata / Tuesday, 12 May 2020 / 06:42 WIT / 885 Read
Cerita kami petugas medis:
Di saat Anda terlelap tidur, kami masih di sini untuk bekerja.
Di saat Anda membicarakan kami, kami tetap bekerja.
Kami juga punya keluarga, namun kami tetap di sini.
Kami bukan Manusia Super, hanya bekerja dengan hati untuk mereka.
Kami bukan siapa-siapa.
[Buka dulu link video ini https://www.youtube.com/watch?v=IbXnD0OXf3Q&feature=youtu.be, supaya lebih memahami konteks beberapa penggal kalimat di atas dan tulisan berikut ini]
Jumat, 1 Mei 2020 selepas tengah malam, terinformasikan di WhatsApp grup Fasilitas Karantina bahwa medical alarm di Gedung Instalasi Rawat Inap Anak berbunyi terus. Gedung itu digunakan untuk merawat beberapa pasien konfirmasi Covid-19. Bunyi alarm itu cukup mengganggu ketenangan pasien dan pendamping pasien yang sedang beristirahat.
Dia berpikir bahwa hanya beberapa orang yang tahu cara mematikan bunyi alarm itu, termasuk dirinya. Sementara, dialah yang tinggal paling dekat dengan Fasilitas Karantina. Bergegaslah dia menaiki motornya dan menempuh jalan terdekat menuju Fasilitas Karantina. Tak berapa lama, dia terpaksa menghentikan motornya, karena sekumpulan orang menghadangnya.
Orang-orang itu dia kenal sehari-hari. Orang-orang itu meminta dia memutar jalan yang lebih jauh. Padahal, dia sudah menjelaskan maksud perjalanannya di tengah malam buta itu. Dia terburu-buru. Tapi sekumpulan orang itu bersikukuh melarangnya memasuki jalan di mana orang-orang itu tinggal. Mereka takut, kalau dia lewat jalan itu virus berbahaya itu akan ikut terbawa dan menyebar. Orang-orang itu ternyata sudah memperhatikan dia beberapa hari terakhir keluar masuk Fasilitas Karantina. Apa daya, penjelasannya tidak bisa mengubah pendirian orang-orang itu. Sambil berlalu menyusuri jalan putar, sedih hatinya tak tertahankan. Dirinya dijauhi masyarakat, yang mungkin saja suatu saat membutuhkan dirinya. Ironis.
Sesampai di Fasilitas Karantina, dia bergegas mengenakan Alat Pelindung Diri lengkap. Mengapa? Tombol untuk mematikan bunyi alarm itu memang ada di Zona Merah. Dan sesuai Panduan Zonasi yang ditetapkan, dia harus mengenakan “pakaian astronot” itu. Ya, hanya untuk mematikan alarm, supaya pasien dan pendamping pasien bisa tidur tenang, dia harus mengorbankan jatah tidurnya yang belum tergantikan seminggu terakhir ini.
Koridor-koridor bisu menuju gedung itu menjadi saksinya. Berjalan sendirian bak astronot, tapi bukan berjalan di permukaan bulan. Kamera CCTV merekamnya ketika dia memasuki bagian dalam gedung itu, memejet tombol untuk menghentikan bunyi alarm dan keluar kembali. Tidak ada yang tahu dia datang malam itu. Rekaman kamera CCTV itu menunjukkan tanggal 1 Mei 2020 pukul 01.09 sampai 01.12 WIT. Hanya rekaman CCTV itulah yang menjadi bukti bahwa cerita ini bukan khayalan.
Siapa gerangan dia?
-DoVic 120520-
-PI&HUMAS 12/05/2020-
#DinkesPabar #SalamSehat