Puzzle Patuh TB Bukan Game Biasa
Dian Triwiyono / Tuesday, 22 Dec 2020 / 21:49 WIT / 4.225 Read
Dalam tulisan sebelumnya telah disebutkan bahwa Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis (TB) Semua Kasus Sensitif Obat (SO) akan menjadi salah satu Indikator Nasional Mutu (INM) Pelayanan Kesehatan di Puskesmas. Targetnya 90% (klik Keberhasilan Pengobatan Pasien TB SO Jadi Indikator Mutu Di Puskesmas). Untuk dapat mencapai indikator tersebut, tentunya kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) menjadi unsur yang mutlak dan krusial. Berbagai upaya harus dilakukan oleh Puskesmas, termasuk menjamin rantai pasok (supply chain) OAT di Puskesmas, memudahkan akses pasien TB untuk memperoleh OAT, meningkatkan kuantitas dan kualitas edukasi kepada pasien TB dan keluarganya, memastikan kepatuhan minum OAT sesuai dosis dan jadwalnya dan lain-lain. Bukan hanya kegiatan-kegiatan rutin yang harus dijalankan secara optimal, namun inovasi-inovasi diperlukan untuk menerobos kendala-kendala yang ada. Ini sejalan dengan yang diharapkan dalam siklus Plan, Do, Check, Act (PDCA) (klik Monitoring PIS PK Untuk Siklus PDCA UKM Puskesmas).
Bertepatan dengan Hari Ibu tahun 2020, admin blog memberikan apresiasi kepada salah satu inovasi yang perlu ditiru yaitu Puzzle Patuh TB. Inovasi ini digagas oleh empat srikandi Tanah Papua yaitu Senyorita Rosliana (Jayapura), Siska Kristina Sari (Timika), Cisilia Fairyo (Timika) dan AMH. Tri Ratnawati (Kaimana). Puzzle ini bukan sejenis permainan anak-anak. Puzzle ini berupa lingkaran stiker bernomor yang dapat ditempel pada kartu bergambar paru-paru manusia. Setiap hari setelah pasien TB minum obat, maka pasien harus menempel satu buah lingkaran stiker sesuai dengan urutan nomornya dan warna. Jumlah bulatan stiker disesuaikan dengan jumlah obat yang harus diminum selama pengobatan TB. Warna bulatan stiker disesuaikan dengan warna tablet yang harus diminum pasien. Pasien diharapkan menyelesaikan pengobatan bersamaan dengan terpenuhinya gambar paru-paru dengan stiker. Puzzle Patuh TB ini ditujukan untuk Pengobatan Kategori I.
Puzzle Patuh TB ini merupakan project yang dihasilkan salah satu grup alumni Australia Awards in Indonesia (AAI) yang mengikuti Short Term Awards Tuberculosis: Pencegahan dan Pemberantasan Batch 2 tahun 2018 dari Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (klik Australia Awards in Indonesia Apresiasi Alumni Papua Barat). Project ini juga telah didukung Alumni Grant Scheme (AGS) Round 1 tahun 2019 untuk pengembangan implementasinya di Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, Kabupaten Sarmi dan Kabupaten Kaimana serta pengembangan Puzzle TB untuk Pengobatan Kategori II dan Anak.
Menurut para penggagasnya tujuan dari Puzzle Patuh TB ini adalah untuk (1) meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien TB, (2) menurunkan loss to follow up (LFU) pada pasien TB Sensitif Obat di Puskemas, (3) sebagai sarana edukasi pada pasien TB dan Pengawas Minum Obat (PMO) dan (4) sebagai sarana komunikasi pada pasien TB dan petugas untuk melihat kemajuan pengobatan secara sederhana. Puzzle Patuh TB ini juga pernah dipresentasikan dalam International TB Conference in conjunction with Scientific Meeting of Indonesian TB Research Network di Makassar pada tanggal 16-17 November 2018. Menurut drg. AMH. Tri Ratnawati, MPH, salah satu penggagas Puzzle Patuh TB, “Keberhasilan pengobatan TB salah satunya ditentukan apakah pasien teratur dan tepat waktu minum obatnya. Puzzle Patuh TB dapat mengedukasi pasien TB untuk rutin minum obat yang telah ditentukan. Puzzle Patuh TB sangat bermanfaat bagi pasien dengan tingkat pendidikan rendah, termasuk yang buta aksara. Semakin banyak stiker yang sudah tertempel akan semakin memotivasi pasien TB untuk sembuh. Bagi petugas kesehatan, Puzzle Patuh TB dapat dipakai sebagai bukti dan alat pemantau kepatuhan pasien minum obat.”
“Harapan kami, Puzzle Patuh TB ini dapat digunakan secara nasional untuk membantu dan mendorong pasien TB berhasil sembuh. Selain itu, kami ingin mengedukasi bahwa pengobatan TB bukan hanya pengobatan yang menjemukan, tetapi dapat having fun dengan menempel stiker, terutama untuk pasien anak,” ungkap drg. Tri Ratnawati yang saat ini sebagai Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kaimana. Berbagai inovasi telah diinisiasi oleh para alumni AAI di Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua (klik Sampai di Mana Kebas Malaria Mengebas?, Berkaca Pada Bela Kaca, Malaria: Kitong Pu Anak-Anak Tra Kosong). Tinggal bagaimana berbagai inovasi tersebut diadopsi, direplikasi dan dikembangkan lebih lanjut. Harapannya, berbagai inovasi ini, walaupun kecil, dapat memberikan andil dalam eliminasi TB di Tanah Papua (klik TBC: Kau Kukejar, Kau Kutangkap, TBC: Kisahmu Dulu dan Kini).
“Never under estimate the little things because that the big things will come from”
-DoVic 221220-
#DinkesPabar #SalamSehat