Setahun Ini Aku Semakin Mahir dan Mandiri
Herman Lawalata / Monday, 06 Apr 2020 / 13:17 WIT / 1.556 Read
Pada saat penulis ke Kaimana minggu yang lalu (klik Tugas Kami Sudah Lunas), penulis menyempatkan untuk menemui para dokter internsip dan dokter pendampingnya di RSUD Kaimana. Pertemuan yang berlangsung kurang lebih dua jam tersebut memberikan gambaran kepada penulis selaku Sub Komite Pembinaan dan Pengawasan Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI) Provinsi Papua Barat tentang sejauh mana pelaksanaan Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) di Kaimana.
Sebagaimana diketahui PIDI dimaksudkan untuk memahirkan dan memandirikan para lulusan dokter Indonesia (klik Internsip Dokter = Pemahiran dan Pemandirian Dokter Indonesia). Selama satu tahun, para dokter internsip ditempatkan pada wahana-wahana, termasuk di Kabupaten Kaimana. Masa internsip di RSUD Kaimana dijalani selama delapan bulan dan di Puskesmas Kaimana selama empat bulan oleh lima dokter internsip periode Februari 2019-2020. Di bawah pendampingan dr. Fredrik S. Manufandu dan dr. Elysabeth Alyssa, mereka berlima menjalani masa internsip yang tinggal sebulan ini dituntaskan.
Melalui kuesioner dan wawancara terarah, penulis mendapati sejumlah fakta dan informasi yang menimbulkan kesan bahwa para dokter internsip Kabupaten Kaimana mendapatkan kesempatan cukup maksimal untuk menjadi mahir dan mandiri sebagai dokter. Para dokter pendamping dapat memainkan peran yang diharapkan, sedangkan para dokter spesialis di Rumah Sakit dengan murah hati berbagi ilmu dan keterampilan. Peluang untuk melakukan sendiri tata laksana kasus, termasuk kasus gawat darurat, melakukan tindakan sesuai kompetensi ataupun menjadi asisten tindakan-tindakan spesialistik dirasakan cukup. Penugasan mengikuti pelayanan luar gedung semasa internsip di Puskesmas dinilai dapat memberikan pelayanan preventif dan promotif di level komunitas secara memadai. Lima mini project (klik Miniproject yang Maxi) telah dilakukan secara perorangan.
Secara variasi kasus penyakit yang dijumpai dinilai cukup memberikan pengalaman yang memadai, termasuk penanganan pasien terinfeksi TBC-HIV, malaria berat, gangguan kejiwaan dan lainnya. Namun, diakui bahwa penanganan kasus gangguan kejiwaan tidak terlalu banyak. Sejumlah masukan terhadap wahana telah diberikan oleh para dokter internsip, termasuk terkait kelengkapan fasilitas laboratorium RSUD Kaimana, untuk menyempurnakan PIDI periode Februari 2020-2021.
Berikut ini berbagai pendapat keempat dokter internsip atas pelaksanaan internsip di Kabupaten Kaimana:
dr. Theresia Herestuwito Naru, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya Jakarta ini mengatakan, “Saya mendapatkan pengalaman menangani pasien secara mandiri; juga mendapatkan pengetahuan tentang penyakit yang tidak pernah saya temukan semasa sekolah dulu, seperti malaria, frambusia. Saya diberi kesempatan untuk mengkonsulkan langsung ke dokter spesialis, jika menemukan kasus pasien yang rumit.” Dokter asal Jayapura ini mengaku banyak mendapatkan pengalaman berkesan, yaitu ketika bisa ikut Puskesmas Keliling melakukan pelayanan kepada masyarakat di kampung.
dr. Risman T. Arrang, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura ini menyatakan senang, karena bisa mendapatkan pengalaman untuk melakukan tindakan secara mandiri selama tugas di Rumah Sakit dan Puskesmas. “Saya sempat gugup, ketika mendapat pasien dengan Supra Ventrikular Tachycardia saat jaga pertama. Saya sedang sendiri di Instalasi Gawat Darurat. Saya sempat blank, tapi untung bisa langsung telpon dokter senior dan konsul dokter ahli penyakit dalamnya,” kata dokter asal Sorong ini.
dr. Billy Sitanggang, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Duta Wacana Yogyakarta menilai PIDI ini sebagai proses pembelajaran dan pemahiran dari soft sklill dan hard sklill dari disiplin ilmu yang sudah diperoleh di bangku perkuliahan dan jenjang co-assistant. Ketika ditanya pengalaman berkesannya, dokter asal Kaimana ini menjawab, “Saya diberi kesempatan untuk ikut operasi trepanasi pertama di wahana tempat saya internsip sebagai asisten dua.”
dr. Joseph Paskalis Osok, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura menyebutkan sejumlah manfaat yang diperoleh dari PIDI, “Banyak kasus dan kami dipercayakan untuk bekerja sendiri oleh dokter organik, hampir semua tindakan kami kerjakan sendiri. Banyak ilmu kami dapatkan dari dokter spesialis.” Sejumlah pengalaman berkesan disebutkan dokter asal Nabire ini, “Saya mengikuti Puskesmas Keliling dengan perahu motor selama tiga hari; menjadi operator saat melakukan amputasi dan melakukan sendiri tindakan awal pasien dengan open fracture tibia fibula.”
Pelaksanaan PIDI periode selanjutnya akan mengalami beberapa penyesuaian, misalnya dengan memperbesar proporsi lama masa internsip di Puskesmas di mana preventif dan promotif lebih ditonjolkan, menambah dokter pendamping terlatih dan menambah wahana Puskesmas satelit. Semoga dengan penyempurnaan ini, para lulusan dokter semakin mandiri dan mahir. / DoVic
#DinkesPabar #SalamSehat