STUNTING DAPATKAH DISEMBUHKAN
Ronny Risamassu / Wednesday, 03 May 2023 / 20:58 WIT / 9.930 Read
Pemerintah menetapkan target Angka Stunting di Indonesia sebesar 14% pada tahun 2024 dan 0% pada tahun 2030. Kita sering mendengarkan klaim dari beberapa kepala daerah bahwa mereka berhasil menurunkan angka stunting di daerahnya. Apakah ini berarti bahwa mereka berhasil menyembuhkan penderita stunting atau ada pemahaman lain?
Stunting merupakan perawakan pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia, yang kurang dari -2 Standar Deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO, disebabkan kekurangan gizi kronik yang berhubungan dengan status sosioekonomi rendah, asupan nutrisi dan kesehatan ibu yang buruk, riwayat sakit berulang dan praktik pemberian makan pada bayi dan anak yang tidak tepat .
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi utama pada balita di Indonesia yang belum teratasi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita dengan status pendek dan sangat pendek di Indonesia adalah 37,2% pada tahun 2013, dan menurun menjadi 30,8% pada tahun 2018. Sedangkan untuk anak di bawah dua tahun (baduta), prevalensi pada tahun 2018 sebesar 29,9% yang mengalami penurunan dari 32.8% pada tahun 2013. Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 di 34 provinsi menunjukkan angka stunting nasional turun dari 27,7% tahun 2019 menjadi 24.4% di tahun 2021. Prevalensi tersebut mengalami penurunan, namun berdasarkan kriteria WHO masih tergolong kategori tinggi (>20%). Selain itu, data di Indonesia sampai saat ini belum memisahkan antara pendek yang disebabkan oleh faktor nutrisi maupun faktor non-nutrisi (faktor genetik, hormon atau familial). Anak stunting berisiko mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas, penurunan kekebalan sistem imun dan peningkatan risiko infeksi. Efek jangka panjang menyebabkan kegagalan seorang anak mencapai potensi kognitif dan kemampuan fisiknya, sehingga akan memengaruhi kapasitas kerja dan status sosial ekonomi di masa depan. (KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/1928/2022 TENTANG PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA STUNTING)
Dapatkah Stunting disembuhkan ? Menurut Ketua Satgas Stunting Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Damayanti, R. Sjarif, Sp.A(K), kondisi tersebut dapat diperbaiki selama anak belum menginjak usia 2 tahun. Meskipun begitu, Damayanti juga menambahkan bahwa usaha tersebut tidak dapat terbilang sederhana ataupun dapat membawa kesembuhan sepenuhnya. dr Damayanti menerangkan, ketika anak stunting berusia di atas dua tahun, penyembuhannya akan lebih sulit. Sebab, terdapat penanganan khusus yang dibutuhkan oleh mereka yang membuat para dokter harus bekerja lebih keras terlebih jika terdapat permasalahan pada asupan makanan.
"Kalau dirawat yang sembuh cuma 20 persen, jadi sudah telat. Ini kaya kanker sudah stadium 4, yang baik cuma 20 persen," ujar Budi dalam kegiatan Rakernas Program Banggakencana dan Percepatan Penurunan Stunting 2023 pada Rabu (25/1/2023).
“Angka stunting saat lahir untuk tahun 2022 sebesar 18,5%. Ini untuk titik pertama. Kemudian di titik kedua, angka stunting pada kelompok umur 6-11 bulan sebesar 13,7% yang naik menjadi 22,4% pada kelompok umur 12-23 bulan. Mengalami peningkatan yang cukup tajam sebesar 1,6 kali. Jadi itu adalah titik yang penting dan strategis untuk diintervensi,” tegas Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI Syarifah Liza Munira dalam konferensi pers Hasil SSGI 2022 di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Jumat (27/1/23).
Melansir Research Program on Agriculture for Nutrition and Health, perbaikan tumbuh kembang anak stunting mungkin terjadi jika ada perubahan lingkungan, misalnya pindah ke lingkungan tempat tinggal lebih baik atau dengan adopsi. Hal ini agar memungkinkan dilakukannya intervensi gizi hingga kemampuan mengakses layanan kesehatan yang lebih baik. Meski demikian, komunitas ahli nutrisi global menekankan, bahwa perubahan lingkungan tersebut harus dilakukan dalam dua tahun pertama kehidupan anak. Karena tumbuh kembang anak stunting Sebagian besar tidak dapat diubah setelah usia dua tahun.
Cara untuk mengatasi Stunting
- Segera perbaiki stunting sebelum usia 2 tahun
- Pemberian ASI jika berumur < 6 bulan dengan mengatur posisi menyusui yang benar, dapat dilanjutkan pemberian ASI hingga berusia 2 tahun
- Beri olahan protein hewani pada MPASI setelah berusia di atas 6 bulan setiap hari.
- Berikan imunisasi rutin sesuai jadwal imunisasi.
- Memantau tumbuh kembang anak di Posyandu.
- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam keluarga.
- Menggunakan jamban sehat.
Melihat dari paparan diatas, maka klaim keberhasilan menurunkan angka stunting pada suatu wilayah merupakan gabungan dari Angka Keberhasilan Mengatasi Stunting (pada anak < 2 tahun) dan keluarnya anak stunting dari kelompok pengukuran (usia > 5 tahun) ditambah dengan masuknya kelompok bayi baru dalam pengukuran (baru lahir). Diperlukan data lebih terarah tentang angka keberhasilan menyembuhkan stunting, dan angka balita yang keluar dari kelompok pengukuran yang masih menyandang stunting. Penulis melihat bahwa keberhasilan mengurangi angka stunting pada suatu wilayah lebih didominasi oleh masuknya bayi baru yang lebih baik dari segi antropometri.
Kementerian Kesehatan memberikan Tips ABCDE yang dapat digunakan untuk meminimalisir potensi stunting pada anak yaitu
(A). Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD)
* Konsumsi TTD bagi remaja putri 1 tablet setiap minggu.
* Konsumsi TTD bagi ibu hamil 1 tablet setiap hari selama minimal 90 hari selama kehamilan.
(B). Bumil (ibu hamil) teratur periksa kehamilan minimal 6 kali.
(C). Cukupi konsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi berusia di atas 6 bulan.
(D). Datang ke posyandu setiap bulan untuk melakukan penimbangan bayi.
(E). Eksklusif ASI bayi selama 6 bulan pertama dan dapat dilanjutkan hingga 2 tahun.
Dengan demikian, pepatah LEBIH BAIK MENCEGAH DARIPADA MENGOBATI harus diterapkan dalam mengatasi stunting, perlu kerjasama antara fasilitas kesehatan dan masyarakat sehingga kita bisa mencapai target pemerintah nanti, dan ini semua tentunya untuk kebaikan bagi masyarakat itu sendiri.
Penulis: dr. Beny Bernard Kwa, Praktisi Kesehatan.
#humasdinkespabar2023
#DinkesPabar #SalamSehat